Cinta Memilih Pergi
Part I
“Mas
Rizki,,, sini gak botolnya balikin. Iseng banget sih”
“Sini
ambil klo bisa” sambil berlari membawa botol minum ku
Ini lah salah satu hal yang paling
membuatku paling sebal. Namaku Riana dan yang menggangguku
itu mas Rizki namanya dia teman satu kelasku. Orangnya memang sangat jahil dan
menyebalkan. Aku memanggilnya mas karena umurnya lebih tua dari ku. Kami satu
kelas, di kelas Sore karena itulah di kelas umur kami berbeda beda.
Sebagian besar dari kami sudah bekerja
tetepi ada juga yang belum.
“Ri, kamu kenapa lagi? Diisengin lagi ya
sama mas Rizki?” kata Dewi sambil menghampiri ku
“Biasa lah, wi. Dia tuh
selalu aja botol minum ku diambil sama dia” sambil mamasang muka melas aku pun
duduk
“nih botolnya, tumben udh nyerah” kata mas Rizki sambil memberikan
botolnya padaku
“aku cape mas, lagian
gak bisa apa satu hari aja gak iseng” sambil mengambil botol minumnya
“Gak bisa, lagi juga kalo di
kelas gak ada yang iseng gak akan rame. Iya gak, wi?” jawabnya sambil duduk di
depanku
“Iya, iya tau. Mulai deh
cari pembelaan dari Dewi. Udah sana-sana, udah mau masuk mas. Tuh liat udah ada
dosen” jawabku sambil menyuruhnya pergi
“Orang nanya sama Dewi,
kenapa jadi kamu yang jawab sih, Ri. Iya, iya aku pergi” sambil pergi
meninggalkan aku dan Dewi
“Ri, kok kamu jutek banget
sih sama mas Rizki hari ini tumben deh. Inget dia ketua kelas kamu lho, nanti
kalo kamu dipecat jadi bendahara gimana? Hihi”
“Biarin aja aku lagi bete
tau” jawabku kesal
“Yaudah, yaudah itu dosennya
udah masuk siap-siap yuk” sambil menunjuk ke pintu
Kalau dipikir-pikir dia
memang sangat menyebalkan hobinya iseng sama teman-teman, tetapi entah mengapa selalu aku yang dia paling sering ganggu padahal
dari awal masuk aku tak pernah dekat dengannya karena kelakuannya yang iseng
itu. Tapi teman-teman memilihnya menjadi ketua kelas. Dan aku menjadi
sekretaris sekaligus bendaharanya.
Mereka bilang dia cocok jadi ketua kelas karena dibalik sifat isengnya dan
jailnya itu dia sangat bertanggung jawab, tapi itu sih kata teman-teman. Aku
cuma bisa iya iya aja.
Waktu berlalu, dan ternyata menjadi
sekertaris itu sulit apa lagi punya ketua kelas yang jahil dan agak sulit
diatur. Aku jadi sering ngomel-ngomel sendiri gara-gara
tingkahnya yang antik itu. Semenjak aku dan mas
Riski dipasangkan jadi ketua kelas dan sekretaris dia jadi makin sering dan
jahil menggangguku tapi entah kenapa aku malah semakin dekat dengan dia. Dia
sering minta tolong kepada ku, dan kami
jadi
sering ngobrol. Aku pun jadi tahu banyak tentangnya. Kami jadi teman dekat
bahkan mungkin sahabat.
Suatu hari aku sedang berjalan menuju ke
kampus dan tiba-tiba dari belakang
ada yang
memanggilku.
“Ri, mau bareng gak?” sambil berhenti
disampingku
“Eh mas Rizki, boleh bareng dong. Hehe
kebetulan aku lagi cape jalan. Pas banget deh hehe” sambil tertawa kecil aku
naik ke motor mas Rizki.
“Mas, kok tumben jam segini
udh sampe kampus. Biasanya udah mau masuk baru datang”
“Yakin ini masih lama dari
jam masuk kampus? Bukannya kamu ya yang berangkatnya telat? Coba liat jam
sana?”
“Eh iya jam tanganku mati
mas, aku pikir masih jam 2. Ternyata sudah mau jam 3 yaa. Yaa ampun, kalau gitu
buruan mas nanti keburu masuk”
“Udah tenang aja sih nanti
juga sampai kok”
Akhirnya aku sampai juga di kampus bareng
dengan mas Rizki. Sesampainya di kampus aku dan mas Rizki langsung masuk
kedalam kelas.
“Assalamualaikum Dewi” kata ku sambil
duduk ke kursi
“Waalaikumsalam. Ri, tumben kamu baru datang?
bareng sama mas Rizki lagi?
Ciee janjian ya? Apa abis kondangan bareng? Hehe” jawab Dewi sambil tertawa
kecil
“Apaan sih orang baru dateng juga udah diledekin
aja. Aku itu ketemu mas Rizki tadi di jalan. Emang kenapa sih kok kamu bisa bilang aku habis kondangan ?, emangnya
aku rapi banget ya? “ Tanyaku bingung
“Ri, tuh liat deh ke sebelah
situ” jawab Dewi sambil menunjuk kearah mas Rizki
“Lho kok bajunya?” Aku
menatap bingung
“Iya bajunya sama. Sama-sama
batik udah gitu warnanya sama lagi. Kalian janjian ya?”
“Enggak, siapa juga yang
janjian sih, Wi. Cuma kebetulan aja kali. Kamu tuh ya iseng aja deh” kataku
sambil mencubit pipi Dewi
“ehhh iya ampun-ampun maaf deh. Tapi kok
bisa kebetulan gitu ya. Apa jangan-jangan kalian jodoh ya? Dari nama aja udah
sama tuh, sama-sama R. Riana Rizki” kata Dewi sambil berfikir
Aku
pun langsung mencubit Dewi “kamu nih mulai deh jailnya. Awas yaa”
Beberapa waktu berlalu sejak kejadian
itu, dan Dewi
semakin sering meledek aku karena
kedekatanku dengan mas Rizki. Namun entah mengapa apa yang sering dibilang Dewi benar, jika
dipikirkan banyak hal yang membuat aku dan mas Rizki semakin dekat walaupun hal itu membuat aku kesal sampai bertengkar
kecil dengan mas Rizki. Tak terasa pekan depan ujian semester dan teman-teman
sedang ngobrol tentang ujian. Tiba-tiba kak Rani mengajak untuk nonton selepas
ujian
“Temen-temen besok abis
ujian main yuk, kita nonton? Mau gak?” kata kak Rani
“ Yuk mau nonton apa?” Tanyaku
“Eh tapi bentar dulu deh
kita bukannya ada janji mau futsal ya bro” Jawab Doni
“Iya, kita kan mau futsal
abis ujian” sambung mas Rizki
“Yah berarti gak jadi dong?”
kata kak Rani
“jadiin aja sih, tapi kalian
cewe-cewe liatin kita main futsal dulu ya. Baru kita nonton. Black Panther yuk”
ajak mas Heru
“hmmm, berarti kita nungguin
kalian pada main futsal dulu gitu?” jawab Tari
“Yaudah sih kan bentar doang
cuma satu jam kok, ayo dong lagi pengen nonton nih” sambung Ardi
“Ayolah, yuk nonton” sambung
mas Rizki
“Yaudah deh, jadi ya abis
pulang ujian kita nonton. Jangan lupa lho” kata Tari mengingatkan.
Selepas ujian kami pun
sholat dan lalu makan siang di kantin kampus. Setelah makan siang kami langsung
melanjutkan ke tempat futsal untuk melihat mas Heru, mas Rizki, Doni dan Ardi
main futsal. Sementara mereka bermain futsal kami duduk menoton dipinggir
lapangan.
“Rani. Semangatin dong mas Herunya,
diem-diem aja sih” teriak Mba Ria
“Ihh apaan sih Mba” jawab
kak Rani malu-malu
“Ri, nitip kacamata ya” kata
mas Rizki sambil memberikan kaca mata lalu pergi ke lapangan
“Mas, tunggu. Emang kelihatan
kalo gak pake kaca mata” tanyaku bingung
“Kelihatan lah, Ri. Apalagi
kalo liat kamu,,” ledek Mba Ria
“Apa sih, Mba” jawabku
sambil tersenyum malu
Dewi menyolekku sambil
berkata “ciee,ciee”
“ Kamu mau ikut-ikutan juga,
Wi” kataku sambil memegang tangan Dewi
Selesai
mereka bermain futsal kami pun langsung menuju ke bioskop untuk nonton film,
tapi sayangnya karena jalanan lumayan macet kami sampai disana terlambat dan
film yang kami ingin tonton sudah mulai sejak tadi. Akhirnya kami menonton film
yang berbeda dari tujuan kami. Padahal niatnya mau nonton film action tapi
karena kena macet jadi telat pesan tiketnya. Daripada sudah jauh-jauh dan kami
tidak jadi nonton akhirnya kami nonton film yang masih ada saat itu. Tapi yang
tersisa hanya film drama romance saja. Saat ingin duduk teman-teman sibuk
bertukar tempat duduk kak Rani disebelah mas Heru, mba Ria disebelah Doni, Tari
disebelah Ardi dan sampai akhirnya ternyata aku tak sengaja duduk dikursi paling
pojok dan disebelahku duduk mas Rizki. Sepanjang film aku cuma bete nonton
sendirian karena mas Rizki malah tidur bukannya nonton, aku jadi gak ada teman
ngobrol. Tapi rasanya aku bingung dan ingin tertawa karena karakter di film
itu, Adit dan Tita mirip dengan karakterku dan Mas Rizki. Ditengah-tengah film
aku Cuma sendirian menatap layar karena disebelahku mas Rizki tidur. Dan ketika
dia bangun dan nonton filmnya dia hanya tertawa karena merasa sedang melihat
dirinya dan berkata.
“Ri,
kok mirip aku ya itu. Semenyebalkan itu ya aku” sambil tertawa
“Kamu
baru sadar mas, kalo kamu itu nyebelin”
“Hahahaha”
dia Cuma tertawa
Selesai
menonton teman-teman meledekku lagi. Mereka bilang “filmnya persis kamu sama
mas Rizki ya jangan-jangan kalian jodoh kayak di film itu”
aku sempat sedikit terganggu
dengan kata-kata itu karena merasa biasa saja terhadap mas Rizki. Tapi memang semakin lama dekat dengan mas Rizki
rasanya aku semakin nyaman walaupun dengan keisengannya itu. Tapi semakin lama
dipikir-pikir kenapa semakin lama mas Rizki makin sering perhatian padaku,
sering ngobrol dan menceritakan banyak hal tentangnya. Setiap ada apa-apa yang
terfikir olehku pertama kali juga dia. Minta tolong atau apa pun lebih sering
padanya. Ada yang bilang cinta bisa datang dari benci. Tapi aku tak pernah tau
kalau itu saat ini bisa terjadi padaku.
Namun
aku tak mau berfikir terlalu jauh, mungkin saja semua yang terjadi itu
semata-mata karena aku dianggap sahabat, teman dan adik yang baik baginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar