“Kisah perjalanan pemuda”
Di sebuah desa hiduplah
seorang pemuda yang pandai mengaji. Ia pun mempunyai 2 orang adik perempuan,
adik- adiknya tidak kalah pandai dengan kakaknya. Mereka di didik dengan penuh
cinta dari orang tuanya.. Tetapi sayang ayahnya telah tiada semenjak pemuda ini
berusia 13 tahun. Ibunya bekerja keras demi mencukupi segala kebutuhan keluarga wlaupun sang
ibu sudah cukup tua umurnya pun sudah 40 tahun. Jika paginya sekitar jam 7 sampai 9
beliau pergi ke sawah untuk bertani, siangnya jam 12 sampai jam 14
siang sang ibu bekerja sebagai buruh pengupas bawang, karena di desa tempat
mereka tinggal adalah penghasil bawang. Peghasilan sang ibu dari mengupas
bawang tidaklah banyak hanya 20.000 per hari itu hanya bisa mencukupi kebutuhan
makan mereka sehari-hari. Ketika sore
harinya sang ibu juga mengajar megaji di mushola dekat rumahnya dari pukul
16.00 hingga pukul 18.00 petang. Sang
adik yang pertama yang berumur 10 pun juga ikut membantu sang ibu sepulang
sekolah dari jam 15.00 sampai jam 17.30 sore. Sang adik juga yang masih berumur
6 tahun juga ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah agar tidak merepotkan
sang ibu.
Sementara sang
kakak atau si pemuda telah bekerja sebagai buruh tani semenjak lulus sekolah
menengah atas, penghasilanya pun sama seperti ibunya, tidak terlalu banyak
namun cukup untuk membiayai adik-adiknya sekolah. Penghasilannya hanya 25.000
per hari. Suatu hari sang pemuda sedang duduk di tepi danau, ia sedang
merenungi nasibnya. Tiba-tiba datanglah kakek tua dan berkata “ sedang apa kau
disini nak ? “ tanyanya kepada si pemuda. “aku sedang berfikir wahai kakek, aku
memikirkan nasib ibuku dan kedua adik-adikku, ibuku sudah tua dan mungkin tidak
berapa lama lagi ia akan berhenti kerja, namun pekerjaanku hanyalah buruh tani
bagimanakah aku bisa menghidupi ibu dan adik-adikku dengan penghasilanku yang
kecil ini “ jawabnya. “nak maukah kau mendapat pekerjaan yang lebih baik” tanya
sang kakek. “Tentu aku mau dimana?” tanyanya riang. “ di kota, besok ikutlah
denganku bawalah perbekalan agar kau tidak kelaparan di tengah perjalanan” kata
sang kakek. Sang pemuda pun langsung pulang kerumah dan menceritakan apa yang
ia inginkan kepada ibunya. Sang ibu merasa bert hati melepas anakya namun
apalah daya ini demi memperbaiki nasib keluarganya.
Keesokan harinya
sang pemuda pun pergi dengan sang kakek. Sang pemuda diberi bekal oleh ibunya
uang sebesar 39.000. sementara sang pemuda juga mempuyai sedikit tabungan untuk
bekal perjalanannya sebesar 37.000. Sang pemuda dan sang kakek pun berjalan dan
terus berjalan sampai akhirnya mereka sampai di sebuah desa kecil. Di desa
tersebut mereka bertemu dengan seorang nenek tua, sang nenek bekerja berjualan
buah-buahan di pasar. Sejenak sang pemuda teringat dengan ibunya yang juga
hampir tua, ia pun menghampiri sang nenek dan memberikan uangnya sebesar 31.000
kepada sang nenek. Namun sang nenek menolak dan berkata “ kenapa engkau
memberikan uang ini padaku? Karena engkau kasiahn padaku, jika memeng begitu
aku tidak mau menerimanya”. Sang pemuda pun terdiam dia berfikir, betapa mulia
hati sang nenek ia tak mau meminta-minta, ia hanya ingin bekerja keras. Lalu sang
pemuda berkata “aku ingin membeli buah yang kau bawa wahai nenek”. Sang nenek
pun langsung memberikan apel sebanyak 21 buah dan jeruk sebanyak 22 buah dan
berkata “ambilah ini nak dan berikan sebagian untuk kakek itu sepertinya ia
terlihat kelaparan”. Sang pemuda pun mengambil pemberian sang nenek dan
mengucapkan terima kasih sambil bergegas pergi. Mereka pun melanjutkan
perjalanan dan sampai di padang rumput yang luas, mereka pun beristirahat sambil
memakan buah-buahan yang diberikan sang nenek.
Tak berapa lama
munculah seakor domba kelaparan ia mengembik keras seakan minta tolong. Sang pemuda
pun menghampiri si domba dan memberikan 1 buah apel kepada si domba. Si domba
makan dengan lahap setalah makan ia mengembik lagi dan sekaan-akan memberi tahu
sesuatu. Sang pemuda pun mengikuti domba tersebut dan betapa kagetnya dia ternyata
ada segerombolan dombadan kambing yang kelaparan. Ternyata ada 29 ekor domba
kelaparan ia pun memberikan 11 buah apel dan 8 buah jeruk pada domba-domba
tersebut, dan 5 buah apel pada kambing yang juga kelaparan. Sang pemuda terdiam
melihat hewan-hewan itu makan, ia berfikir hewan saja punya solidaritas yang
tinggi kenapa manusia tidak. Tak lama kemudian munculah 38 ekor singa hendak
menerkam domba dan kambing itu, lalu pemimpin dari domba-domba itu memberi
aba-aba untuk siap bertahan dari serangan singa. Ke 34 ekor domba dan kambing
itu membentuk pertahanan seperti perintah sang peminpin dan menanduki
singa-singa yang menyerang. Akhirnya gerombolan singa itu mundur dan 26 ekor
diantaranya mati terkena tandukan domba dan kambing. Sang pemuda dan sang kakek
pun melanjutkan pejalanan dan sampailah mereka di kota, sang kakek megajak sang
pemuda kerumahnya yang berada di jalan mawar 4 No.36 . Sesampainya dirumah sang
kakek menyuguhkan 24 macam kue untuknya, dan 23 jenis makanan. Namun sang
pemuda menolak karena ia datang ke kota bukan untuk makan tapi untuk bekerja,
lagi pula ia kasihan pada ibunya, mungkin sekarang ibunya hanya makan sepiring
nasi tanpa lauk sementara ia disuguhkan banyak makanan.
Sang kakek
begitu terharu mendengar kata-kata sang pemuda dan berkata “ kau sungguh baik
hati wahai pemuda, orang sepertimu lah yang ku cari untuk menjaga seluruh
hartaku” jawabnya. “a..a..aku” kata sang pemuda gemetar. “ iya, kau. Aku akan
memberikan seluruh peternakanku dan hewan-hewannya. Ada 35 ekor kambing, 32
ekor ayam, 33 ekor sapi, 28 ekor domba dan 27 ekor kuda yang gagah beserta 3
hektar sawah untukmu” jelas sang kakek. Sang
pemuda pun langsung bersujud syukur, ia tak menyangka segala yang ia lihat dipejalanan
adalah ujian dan pelajaran baginya. Kini ia bisa memetik kebahagiaan untuk
dirinya dan keluarganya.
Tamat
Karya : Marina
Susanti & Sella Listiyanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar