Cinta Memilih Pergi
Part II
Seperti biasa di kampus aku baru saja
datang dan akan masuk ke kelas namun tiba-tiba ada seseorang yang memberhentikanku
di depan pintu dan bertanya
“permisi, kak maaf. Kakak kenal sama kak
Rizki gak ketua kelas A” tanya perempuan itu padaku
“Oh
iya aku kenal tapi orangnya agak terlambat datang katanya, kenapa ya?” tanyaku
pada perempuan itu
“Oh
iya kenalkan, kak. Namaku Puspa aku perwakilan dari BEM. Aku disuruh untuk
mengundang semua ketua kelas untuk acara amal kak. Ini undangannya” sambil
menyerahkan undangan kepadaku
“Kalau
gitu titip ke aku juga gak apa-apa. Aku bendahara di kelas ini. Namaku Riana”
sambil mengulurkan tangan dan berjabat tangan.
“Begitu
ya kak. Yaudah aku titip aja ya. Tapi aku boleh minta nomor hp kakak dan kak
Rizki kan biar bisa dihubungi” sambil mengaluarkan handphone nya
“iya boleh catat ya 08××××” aku pun
memberikan nomor hpku dan nomor hp mas Rizki.
“Makasih
banyak ya kak. Nanti akan aku hubungi lagi. Permisi ka” sambil meninggalkan aku
pergi
Tiba-tiba
ada yang menepuk pundakku dari belakang
“Ri, itu siapa? Perasaan baru liat?”
sambil menepuk pundakku
Aku yang kaget hampir saja melompat. Dan
langsung menengok ke belakang dan
ternyata itu adalah “ Mas,
aduh bikin kaget aja deh. Kalo dateng bilang-bilang sih” sambil memukul mas
Rizki. “ itu puspa dia anak BEM mau kasih undangan buat mas Rizki buat acara
amal, nih undangannya”
“Oohhh
cantik juga orangnya ya” sambil tersenyum kecil
“Idiihhh
dasar genit. Baru liat sekali aja juga dibilang cantik” kataku sambil memasang
muka bete
“Kenapa,
emang cantik kan. Kalo ganteng baru aneh haha” sambil tertawa meninggalkan aku.
Sejak datangnya undangan itu mas Rizki
sibuk dengan acaranya dengan BEM dan sepertinya sudah jadi aktivitas baru
untuknya. Sementara dikelas makin sering teman-teman yang meledek kedekatanku
dengan mas Rizki. Entah kenapa aku jadi berpikir bahwa mungkin yang dikatakan
teman-teman tentang sikap dan perlakuan mas Rizki terhadapku itu benar. Dia suka
padaku, namun aku sendiri tidak bisa memastikan itu. Aku juga tidak berani
berkata apa-apa padanya jika aku mulai memendam rasa padanya. Karena takut kalau
itu merusak pertemanan aku dengannya.
Hari berganti dan bulan berlalu, suatu
ketika aku menerima pesan dari Puspa yang sudah lama sekali tidak
berkomunikasi. Dia tiba-tiba bertanya padaku
“Assalaamualaikum kak Riana apa kabar.
Sudah lama ya kita tidak bertemu dan berkabar” tulis Puspa di pesan itu
“Waalaikumsalam Puspa. Alhamdulillah aku
baik. Dan kabarmu bagaimana? Oh iya ada apa ya? Ada undangan acara lagi kah?”
jawabku
“Alhamdulillah Puspa juga baik kak.
bukan kak, bukan mau undang acara lagi tapi Puspa mau tanya. Kak Rizki itu
kalau dikelas bagaimana ya kak? Atau seperti apa sih orangnya. Sepertinya kakak
sahabat dekatnya kan?”
“Oh
mas Rizki. Dia di kelas biasa aja sih.
Dia baik cuma yah
suka iseng-iseng dikit. Terus kalo orangnya perhatian sama temen-temennya, tegas juga. Intinya sih orangnya baik. Emang
kenapa ya kamu tanya-tanya tentang mas Rizki?” tanyaku penasaran
“Ohh gak apa-apa kak. Aku
cuma penasaran aja kok. Hehe” balas Puspa
“Ohh gitu yaa. Nanti kalau
ada acara lagi jangan lupa undang kelas ku lagi ya, Puspa” balas Riana
“Iya kak, pasti diundang
kok” balas Puspa
Aneh
rasanya puspa yang jarang, bahkan tidak pernah chat atau whatsapp aku,
tiba-tiba saja mengirim pesan padaku dan tiba-tiba bertanya padaku soal mas
Rizki. Keesokan harinya di kampus. Aku pun bertanya pada mas Rizki soal Puspa
dan ada apa dengannya. Mas Rizki Cuma bilang mungkin dia Cuma pengen tau aja.
Atau karena kalo ketemu dia aku terlalu iseng jadi dia penasaran. Dia Cuma
jawab begitu. Aku pun yang masa bodo akhirnya melupakan segalanya dan
membiarkan segalanya seperti biasa. Sampai beberapa bulan kemudian tiba-tiba hp
ku berdering dan ada pesan masuk yang ternyata itu dari Puspa.
“Assalamualaikum ka”
“Waalaikumsalam, apa kabar
Puspa” balasku
“Alhamdulillah baik, ka. Ka
Riana apa kabar?”
“Alhamdulillah aku juga
baik” balasku
“Ka, maaf sebelumnya
sebenarnya ada yang aku mau jelasin sama kakak soal pertamyaanku waktu itu”
“Pertanyaaan yang mana ya?”
balasku bingung
“Yang aku Tanya-tanya soal
mas Rizki, bagaimana orangnya”
“ Ohh, yang itu, memangnya
kenapa?” tanyaku penasaran
“Sebenernya
begini kak, beberapa bulan yang
lalu Kak Rizki bilang sama aku kalau dia suka sama aku dan dia nanya kira-kira kamu
mau gak kalo dilamar sama aku. Aku bingung
jawabnya aku baru aja kenal dia beberapa bulan dan tiba-tiba dia mau lamar aku
kak, aku kira dia bercanda tapi beberapa minggu yang lalu dia nanya hal yang
sama lagi ke aku. Waktu aku
bingung jadi aku mau tanya kakak dia seperti apa orangnya selain aku juga minta
petunjuk dari Allah. Dan alhamdulillah ternyata orangnya baik jadi insyaallah
aku akan terima lamarannya” jawab Puspa
Aku yang membaca pesan dari Puspa terasa
seperti tersambar petir mendengarnya. Entah aku harus sedih atau senang
mendengarnya. Aku tak percaya kalau
perasaanku selama ini terhadap mas Rizki hanya bertepuk sebelah tangan semata.
Namun aku tak mampu berkata-kata dan hanya membalas pesan Puspa
“oh begitu ya. Kalau begitu selamat ya semoga acara lamarannya
berjalan lancar. Mas Rizki itu orang yang baik. Tolong jaga dia ya. Aku titip
mas Rizki” sambil berurai
air mata.
“Iya
kak. Terima kasih ya” jawab Puspa
“Kalau boleh aku tau kapan
lamarannya ya?”
“Insyaallah minggu depan ka,
tanggal 08”
“Ohh, semoga lancar ya
acaranya. Sekali lagi selamat ya”
“Iya terima kasih ya, kak”
Setelah mendapat pesan itu aku
pun langsung menghubungi Dewi sahabatku untuk bertemu. Namun aku tak menjelaskan
alasanku untuk bertemu dengannya. Dan
kami pun bertemu.
Ketika Dewi datang aku pun langsung memeluknya sambil menangis. Dewi yang bingung langsung menatapku
dan bertanya.
“Ri, kamu kenapa? Kamu
nangis? Ayo duduk dulu” sambil mengajakku duduk
“Wi, ternyata selama ini aku
salah, kita semua salah”
“Apa yang salah? Siapa yang
bikin kamu kayak gini?”
“Wi, mas Rizki wi”
“iya kenapa? Kenapa sama mas
Rizki?”
“Dia ternyata udh punya
calon, Wi. Dan dia mau lamaran minggu depan” jawabku sambil meneteskan air mata
“Ri, kamu gak bercanda kan?”
“Aku serius, Wi. Calonnya
bahkan yang kasih tau aku”
“Ri, tega ya mas Rizki sama
kamu, kok bisa dia hampir kasih harapan palsu gitu ke kamu”
“Aku gak tau, Wi. Aku
bingung. Memang dia gak pernah bilang suka sama aku atau pun aku yang bilang
suka sama dia. Mungkin aku yang terlalu terbawa perasaan sampai bisa ada
perasaan sama dia”
“Ri, sabar ya. Tapi kamu
udah Tanya langsung ke mas Rizki soal ini?”
“Aku belum tanya, dan gak
berani tanya. Aku gak tau mau tanya dia gimana”
“Ri,
mas Rizki itu harus tau
kalau kamu itu suka sama dia. Dia harus tau dia udah hancurin satu hati wanita.
Tau gak” kata Dewi yang begitu kesal
“Udahlah,
Wi biarin aja. Mungkin emang aku gak jodoh. Lagi
pula acara lamarannya kan minggu depan, Wi. Aku gak mau hancurin semuanya”
jawabku
“Kamu
itu terlalu sabar, Ri terlalu sabar.
Kalau jadi kamu, aku pasti gak akan mau ketemu dia lagi.”
sambil memelukku lagi
“Tapi biar bagaimanapun dia
juga tetap temanku, Wi. Dia sahabatku”
“Riana, kamu masih mikirin
dia padahal dia kan udah bikin kamu sakit hati”
“Udah gak apa-apa. Tapi aku
minta tolong sama kamu jangan kasih tau siapa pun tentang ini termasuk mas
Rizki. Nanti akan ada saatnya semua orang tau soal ini” sambil memengang tangan
Dewi
“Terus kamu mau diem aja gitu?”
“Ya, anggap aja gak ada
apa-apa, please tolong ya, Wi. Aku gak mau teman-teman kecewa. Mereka kan
berharap banget aku bisa jadi sama mas Rizki, termasuk juga kamu”
“Iya, aku gak akan bilang,
tapi kamu jangan sedih lagi ya. Inget aku dan teman-teman selalu ada buat kamu”
Keesokan hainya, semua
tampak biasa di kelas seperti pesanku
terhadap Dewi. Seakan
tak pernah terjadi apapun antara aku dan kabar lamaran mas Rizki. Dan
satu minggu kemudian aku
pun mendapat kabar lagi dari Puspa bahwa mas Rizki
sudah melamar Puspa, acaranya
berjalan lancar dan pernikahannya akan dilaksanakan
beberapa bulan lagi. Semua berjalan seakan tidak ada apa-apa. Sikapku pada mas
Rizki juga tetap sama hanya saja aku sudah menjaga jarak dengannya.
“Ri, Riana. Hei kamu
ngelamun ya?” panggil mas Rizki sambil menepuk pundakku
“Eh, enggak kok mas. Kenapa?
“jawabku agak kaget
“Aku mau tanya, akhir-akhir
ini kenapa sih kamu sering ngelamun, banyak diem. Kamu ada masalah ya?”
“Enggak kok mas, perasaan
mas Rizki aja kali itu mah. Hehe” jawabku sambil tertawa kecil.
“Oh mungkin kali ya, yaudah
deh” jawab mas Rizki sambil beranjak pergi keluar
Ternyata diluar kelas mas
Rizki bertemu Dewi, dan dia menanyakan hal yang sama pada Dewi. Juga Dewi tidak
mau menjawab karena dia sudah janji padaku. Beberapa minggu kemudian tiba-tiba
saat istirahat mas Rizky menghampiriku.
“Ri, aku mau bicara bentar boleh? “
sambil menghampiriku
“Kenapa
mas ? Ada yang penting ya. Sebentar ya aku sebentar lagi selesai” sambil
menulis catatan
“ Ikut
aku sebentar ya, Ri sebentar aja”
sambil mengajakku berjalan keluar kelas.
“Makasih ya, Ri”
“Makasih buat apa?”tanyaku heran
“Makasih gak bilang ke
siapa-siapa. Biar jadi surprise aku tiba-tiba nanti sebar undangan”
“Oh soal lamaran kamu sama
Puspa ya?”
“Iya, Ri. Puspa kan yang
kasih tau ke kamu”
“Iya mas, dia WA aku. Selamat
ya, akhirnya kamu bisa menemukan nyonya Rizki juga”
“Makasih, tapi kan belum
jadi nyonya. Baru calon” sambil tertawa
“Yaudah aku ke kantin dulu ya
mas” sambil meninggalkan Rizki pergi
Percakapan
kami pun berhenti disana, akupun mulai befikir. Apa memang mas Rizki yang tidak
peka atau aku yang terlalu egois memendam perasaan padanya dan tak pernah bisa
mengungkapkannya. Yang jelas semua kisah ini telah berlalu. Beberapa bulan
kemudian mas Rizki jadi jarang masuk ke kampus karena sibuk mempersiapkan
pernikahannya. Sampai aku dengar kabar dari dosen pembimbing kami bahwa mas Rizky
mengambil cuti kuliah dan mengundurkan diri menjadi ketua kelas. Kini posisi
itu digantikan oleh Doni sahabat mas Rizky. Sampai beberapa minggu kemudian mas
Rizki datang ke kampus untuk mengantarkan undangan pernikahannya pada kami. Aku
pun datang ke acara itu namun semua kuanggap tak pernah terjadi semua yang
terjadi padaku telah berlalu cinta yang pernah singgah dihati ini ternyata
sekarang teleh memilih pergi. Pergi bersama kenangan yang tak akan pernah bisa
terulang kembali.