Kamis, 17 Januari 2019

Cerpen (Cinta Memilih Pergi)


Cinta Memilih Pergi

Part I
Mas Rizki,,, sini gak botolnya balikin. Iseng banget sih”
Sini ambil klo bisa” sambil berlari membawa botol minum ku
Ini lah salah satu hal yang paling membuatku paling sebal. Namaku Riana dan yang menggangguku itu mas Rizki namanya dia teman satu kelasku. Orangnya memang sangat jahil dan menyebalkan. Aku memanggilnya mas karena umurnya lebih tua dari ku. Kami satu kelas, di kelas Sore karena itulah di kelas umur kami berbeda beda. Sebagian besar dari kami sudah bekerja tetepi ada juga yang belum.
“Ri, kamu kenapa lagi? Diisengin lagi ya sama mas Rizki?” kata Dewi sambil menghampiri ku
Biasa lah, wi. Dia tuh selalu aja botol minum ku diambil sama dia” sambil mamasang muka melas aku pun duduk
“nih botolnya, tumben udh nyerah” kata mas Rizki sambil memberikan botolnya padaku
“aku cape mas, lagian gak bisa apa satu hari aja gak iseng” sambil mengambil botol minumnya
“Gak bisa, lagi juga kalo di kelas gak ada yang iseng gak akan rame. Iya gak, wi?” jawabnya sambil duduk di depanku
“Iya, iya tau. Mulai deh cari pembelaan dari Dewi. Udah sana-sana, udah mau masuk mas. Tuh liat udah ada dosen” jawabku sambil menyuruhnya pergi
“Orang nanya sama Dewi, kenapa jadi kamu yang jawab sih, Ri. Iya, iya aku pergi” sambil pergi meninggalkan aku dan Dewi
“Ri, kok kamu jutek banget sih sama mas Rizki hari ini tumben deh. Inget dia ketua kelas kamu lho, nanti kalo kamu dipecat jadi bendahara gimana? Hihi”
“Biarin aja aku lagi bete tau” jawabku kesal
“Yaudah, yaudah itu dosennya udah masuk siap-siap yuk” sambil menunjuk ke pintu
Kalau dipikir-pikir dia memang sangat menyebalkan hobinya iseng sama teman-teman, tetapi entah mengapa selalu aku yang dia paling sering ganggu padahal dari awal masuk aku tak pernah dekat dengannya karena kelakuannya yang iseng itu. Tapi teman-teman memilihnya menjadi ketua kelas. Dan aku menjadi sekretaris sekaligus bendaharanya. Mereka bilang dia cocok jadi ketua kelas karena dibalik sifat isengnya dan jailnya itu dia sangat bertanggung jawab, tapi itu sih kata teman-teman. Aku cuma bisa iya iya aja.
Waktu berlalu, dan ternyata menjadi sekertaris itu sulit apa lagi punya ketua kelas yang jahil dan agak sulit diatur. Aku jadi sering ngomel-ngomel sendiri gara-gara tingkahnya yang antik itu. Semenjak aku dan mas Riski dipasangkan jadi ketua kelas dan sekretaris dia jadi makin sering dan jahil menggangguku tapi entah kenapa aku malah semakin dekat dengan dia. Dia sering minta tolong kepada ku, dan kami jadi sering ngobrol. Aku pun jadi tahu banyak tentangnya. Kami jadi teman dekat bahkan mungkin sahabat.
Suatu hari aku sedang berjalan menuju ke kampus dan tiba-tiba dari belakang ada yang memanggilku.
“Ri, mau bareng gak?” sambil berhenti disampingku
“Eh mas Rizki, boleh bareng dong. Hehe kebetulan aku lagi cape jalan. Pas banget deh hehe” sambil tertawa kecil aku naik ke motor mas Rizki.
“Mas, kok tumben jam segini udh sampe kampus. Biasanya udah mau masuk baru datang”
“Yakin ini masih lama dari jam masuk kampus? Bukannya kamu ya yang berangkatnya telat? Coba liat jam sana?”
“Eh iya jam tanganku mati mas, aku pikir masih jam 2. Ternyata sudah mau jam 3 yaa. Yaa ampun, kalau gitu buruan mas nanti keburu masuk”
“Udah tenang aja sih nanti juga sampai kok”
Akhirnya aku sampai juga di kampus bareng dengan mas Rizki. Sesampainya di kampus aku dan mas Rizki langsung masuk kedalam kelas.
“Assalamualaikum Dewi” kata ku sambil duduk ke kursi
“Waalaikumsalam. Ri, tumben kamu baru datang? bareng sama mas Rizki lagi? Ciee janjian ya? Apa abis kondangan bareng? Hehe” jawab Dewi sambil tertawa kecil
“Apaan sih orang baru dateng juga udah diledekin aja. Aku itu ketemu mas Rizki tadi di jalan. Emang kenapa sih kok kamu bisa bilang aku habis kondangan ?, emangnya aku rapi banget ya? “ Tanyaku bingung
“Ri, tuh liat deh ke sebelah situ” jawab Dewi sambil menunjuk kearah mas Rizki
“Lho kok bajunya?” Aku menatap bingung
“Iya bajunya sama. Sama-sama batik udah gitu warnanya sama lagi. Kalian janjian ya?”
“Enggak, siapa juga yang janjian sih, Wi. Cuma kebetulan aja kali. Kamu tuh ya iseng aja deh” kataku sambil mencubit pipi Dewi
“ehhh iya ampun-ampun maaf deh. Tapi kok bisa kebetulan gitu ya. Apa jangan-jangan kalian jodoh ya? Dari nama aja udah sama tuh, sama-sama R. Riana Rizki” kata Dewi sambil berfikir
Aku pun langsung mencubit Dewi “kamu nih mulai deh jailnya. Awas yaa”
Beberapa waktu berlalu sejak kejadian itu, dan Dewi semakin sering meledek aku karena kedekatanku dengan mas Rizki. Namun entah mengapa apa yang sering dibilang Dewi benar, jika dipikirkan banyak hal yang membuat aku dan mas Rizki semakin dekat walaupun hal itu membuat aku kesal sampai bertengkar kecil dengan mas Rizki. Tak terasa pekan depan ujian semester dan teman-teman sedang ngobrol tentang ujian. Tiba-tiba kak Rani mengajak untuk nonton selepas ujian
“Temen-temen besok abis ujian main yuk, kita nonton? Mau gak?” kata kak Rani
“ Yuk mau nonton apa?” Tanyaku
“Eh tapi bentar dulu deh kita bukannya ada janji mau futsal ya bro” Jawab Doni
“Iya, kita kan mau futsal abis ujian” sambung mas Rizki
“Yah berarti gak jadi dong?” kata kak Rani
“jadiin aja sih, tapi kalian cewe-cewe liatin kita main futsal dulu ya. Baru kita nonton. Black Panther yuk” ajak mas Heru
“hmmm, berarti kita nungguin kalian pada main futsal dulu gitu?” jawab Tari
“Yaudah sih kan bentar doang cuma satu jam kok, ayo dong lagi pengen nonton nih” sambung Ardi
“Ayolah, yuk nonton” sambung mas Rizki
“Yaudah deh, jadi ya abis pulang ujian kita nonton. Jangan lupa lho” kata Tari mengingatkan.
Selepas ujian kami pun sholat dan lalu makan siang di kantin kampus. Setelah makan siang kami langsung melanjutkan ke tempat futsal untuk melihat mas Heru, mas Rizki, Doni dan Ardi main futsal. Sementara mereka bermain futsal kami duduk menoton dipinggir lapangan.
“Rani. Semangatin dong mas Herunya, diem-diem aja sih” teriak Mba Ria
“Ihh apaan sih Mba” jawab kak Rani malu-malu
“Ri, nitip kacamata ya” kata mas Rizki sambil memberikan kaca mata lalu pergi ke lapangan
“Mas, tunggu. Emang kelihatan kalo gak pake kaca mata” tanyaku bingung
“Kelihatan lah, Ri. Apalagi kalo liat kamu,,” ledek Mba Ria
“Apa sih, Mba” jawabku sambil tersenyum malu
Dewi menyolekku sambil berkata “ciee,ciee”
“ Kamu mau ikut-ikutan juga, Wi” kataku sambil memegang tangan Dewi
            Selesai mereka bermain futsal kami pun langsung menuju ke bioskop untuk nonton film, tapi sayangnya karena jalanan lumayan macet kami sampai disana terlambat dan film yang kami ingin tonton sudah mulai sejak tadi. Akhirnya kami menonton film yang berbeda dari tujuan kami. Padahal niatnya mau nonton film action tapi karena kena macet jadi telat pesan tiketnya. Daripada sudah jauh-jauh dan kami tidak jadi nonton akhirnya kami nonton film yang masih ada saat itu. Tapi yang tersisa hanya film drama romance saja. Saat ingin duduk teman-teman sibuk bertukar tempat duduk kak Rani disebelah mas Heru, mba Ria disebelah Doni, Tari disebelah Ardi dan sampai akhirnya ternyata aku tak sengaja duduk dikursi paling pojok dan disebelahku duduk mas Rizki. Sepanjang film aku cuma bete nonton sendirian karena mas Rizki malah tidur bukannya nonton, aku jadi gak ada teman ngobrol. Tapi rasanya aku bingung dan ingin tertawa karena karakter di film itu, Adit dan Tita mirip dengan karakterku dan Mas Rizki. Ditengah-tengah film aku Cuma sendirian menatap layar karena disebelahku mas Rizki tidur. Dan ketika dia bangun dan nonton filmnya dia hanya tertawa karena merasa sedang melihat dirinya dan berkata.
            “Ri, kok mirip aku ya itu. Semenyebalkan itu ya aku” sambil tertawa
            “Kamu baru sadar mas, kalo kamu itu nyebelin”
            “Hahahaha” dia Cuma tertawa
            Selesai menonton teman-teman meledekku lagi. Mereka bilang “filmnya persis kamu sama mas Rizki ya jangan-jangan kalian jodoh kayak di film itu” aku sempat sedikit terganggu dengan kata-kata itu karena merasa biasa saja terhadap mas Rizki. Tapi memang semakin lama dekat dengan mas Rizki rasanya aku semakin nyaman walaupun dengan keisengannya itu. Tapi semakin lama dipikir-pikir kenapa semakin lama mas Rizki makin sering perhatian padaku, sering ngobrol dan menceritakan banyak hal tentangnya. Setiap ada apa-apa yang terfikir olehku pertama kali juga dia. Minta tolong atau apa pun lebih sering padanya. Ada yang bilang cinta bisa datang dari benci. Tapi aku tak pernah tau kalau itu saat ini bisa terjadi padaku.
            Namun aku tak mau berfikir terlalu jauh, mungkin saja semua yang terjadi itu semata-mata karena aku dianggap sahabat, teman dan adik yang baik baginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar