Sabtu, 27 Desember 2014

sinopsis hachiko



Hachiko : A Dog’s story

Kisah ini berwal didepan stasiun troli yang membawa barang-barang menjatuhkan sebuah kandang yang berisi seekor anak anjing akita dari jepang berwarna putih dengan belang coklat. Anjing itu ditemukan oleh seorang pria bernama Parker Wilson. Parker langsung mengambil anak anjing itu dan menggendongnya, ia bertanya pada penjaga stasiun bernama carl siapa pemilik anak anjing tersebut dan bermaksud menitipkannya untuk sementara sambil menunggu pemiliknya datang. Namun si penjaga stasiun menolak dengan alasan karena tidak ada yang menjaganya pada malam hari juga ia harus mengunci pintu loket stasiun dan meninggalkan anak anjing itu sendirian di dalam. Akhirnya parker pun membawa anak anjing itu ke rumahnya dan meletakkanya di ruang tamu lalu menutup pintunya, namun anak anjing itu keluar membuka pintu dan menghampiri parker di kamarnya. Istri parker Cate yang melihat ada seekor anak anjing dikamarnya kaget. Ia melarang suaminya untuk memelihara anak anjing tersebut dan menyuruh parker untuk membawa anjing tersebut ke penampungan.
Keesokan paginya parker membawa anak anjing itu ke penampungan hewan. Namun pihak penampungan hewan menolak karena tempat itu sudah penuh. Akhirnya parker membawa anjing itu pada temannya seorang penjaga toko buku, wanita itu menyukainya namun tidak dengan kucingnya. Akhirnya parker membawa anjing itu naik kereta untuk pergi kekantornya. Di kantor, Parker diberi tahu oleh seorang rekan yang orang Jepang bernama Ken, bahwa tanda di kalung anak anjing itu dibaca sebagai Hachiko, dalam bahasa Jepang, Hachiko berarti nasib baik. Parker lalu memberi nama anak anjing itu, Hachi. Menurut Ken, Parker dan Hachi sudah ditakdirkan untuk saling bertemu. Bukan hanya parker yang menyukai hachi tapi putrinya andy juga mulai menyukai hachi. Hari demi hari berlalu hachi mulai tumbuh menjadi anjing dewasa dan Hachi telah menjadi anjing setia Parker. Ia semakin dekat dengan parker. Meskipun demikian, Parker heran Hachi menolak untuk melakukan kebiasaan normal seekor anjing seperti mengejar dan memungut bola. Suatu hari ketika parker ingin berangkat ke kantor hachi mengikutinya dari belakang, parker sudah berusaha menyuruhnya pulang namun hachi tetap mengikutinya sampai di stasiun. Seampainya di stasiun parker menyuruh hachi pulang, hachi pun pulang namun ketika sore hari tiba hachi datang ke stasiun menyambut parker.
Suatu pagi seperti biasanya parker mengajak hachi mengantarnya ke stasiun namun hachi tidak mau dan hanya berputar-putar di tempat. Parker pun akhirnya meninggalkan hachi, tak lama kemudian ia sampai dia stasiun dan tak lama juga hachi sampai disana sambil membawa bola. Tak biasanya hachi ingin bermain lempar tangkap dengan parker. Parker pun akhirnya bermain sebentar dengan hachi lalu berpamitan denganya, namun hachi seakan menahan parker untuk pergi ke kantor. Seperti biasanya parker mengajar, tapi hari itu parker mengajar sambil memegang bola hachi. Namun tiba-tiba parker terkena serangan jantung, pingsan dan meninggal dunia.
Di stasiun seperti biasa hachi dengan sabar menunggu kedatangan parker, namun sampai malam menjelang parker tak juga datang. Hingga michel menantu parker menjemputnya dan membawanya pulang. Keesokan paginya hachi kembali lagi ke stasiun untuk menunggu tuannya, hal itu berulang terus setiap hari. Setelah meninggalnya parker, Cate memutuskan untuk menjual rumahnya dan hachi dibawa oleh puterinya andy. Hachi tinggal bersama andy, michel dan ronnie putra mereka. Namun hachi sepertinya tidak nyaman tinggal disana. Ia pun pernah kabur dan kembali ke stasiun. Namun andy membawanya pulang kembali.
Suatu hari andy mencoba berbicara dengan hachi, ia mencoba meyakinkan hachi bahwa ia dan keluarganya menyayangi hachi, namun andy tidak mau memaksa hachi untuk tinggal bersamanya. Akhirnya hachi lebih memilih untuk kembali dan menunggu parker di stasiun. Hachi tidur di gerbong kereta yang telah rusak dan kembali ke stasiun setiap pukul 05.00 sore menunggu kedatangan parker. Jas penjual hot dog di stasiun yang kasian pada hachi selalu memberi makan dan minum untuk hachi.
          Pada satu hari, wartawan surat kabar bernama Teddy ingin tahu soal asal usul Hachi. Ia bertanya apakah dirinya dibolehkan menulis cerita tentang anjing itu. Setelah membaca artikel di surat kabar, orang-orang mulai mengirimi Carl uang, dengan pesan agar uang tersebut dibelikan makanan untuk Hachi. Ken sahabat Parker membaca artikel yang ditulis Carl, dan menyatakan kesediaan untuk membayari biaya hidup Hachi. Walaupun Parker sudah setahun meninggal dunia, Ken menyadari Hachi masih ingin dan merasa harus menunggu kepulangan tuannya, serta berharap tuannya masih hidup.
         
Tahun demi tahun berlalu, tak terasa telah 10 tahun setelah meninggalnya parker. Cate yang datang untuk berziarah ke makam parker kaget ketika melihat hachi masih setia menunggu parker di stasiun. Ia tak tega melihat anjing tua yang lemah dan kotor itu menunggu terus menerus di stasiun. Sesampainya cate dirumah, ia menceritakan kisah suaminya dan anjing kesayangannya hachi yang begitu setia. Ronnie yang mendengar hal tersebut dari neneknya begitu kagum pada sosok hachi dan kakeknya walaupun ia belum pernah bertemu dengan mereka. Suatu malam hachi yang masuh setia menunggu tuanya tertidur lelap di tempat ia biasa menunggu, ia bermimpi bertemu dengan parker tuannya dan bermain bersamanya, dan ternyata parker pun membawa serta hachi bersamanya.
Ronnie yang sangat tertarik dengan cerita kakeknya dan anjingnya hachi menceritakan kisah kakeknya di depan kelas dan teman-temannya. Kesetiaan Hachi menunggu Parker, kakek Ronnie, menjadikan Hachi sebagai pahlawan selama-lamanya di mata Ronnie. Ketika pulang keruamh betepa terkejutnya ronnie mendapati ayahnya memberikannya seekor ank anjing akita yang ia ber nama hachi. Sore itu, Ronnie berjalan-jalan bersama seekor anak anjing Akita di tempat kakeknya pernah berjalan-jalan bersama Hachi.

Anjing Hachiko yang sebenarnya, lahir di Odate, Prefektur Akita, Jepang pada tahun 1923. Setelah pemiliknya yang bernama Dr. Eisaburo Ueno, seorang dosen di Universitas Tokyo meninggal dunia pada bulan Mei 1925, keesokan harinya Hachi kembali menunggu kepulangan tuannya di Stasiun Shibuya. Ia terus menunggu, dan menunggu hingga sembilan tahun berikutnya. Hachiko akhirnya mati pada bulan Maret 1935. Patung Hachiko dari perunggu, kini dapat dijumpai di tempatnya biasa menunggu, di luar Stasiun Shibuya, Tokyo.
 Kisah ini begitu melegenda ditengah-tengah rakyat jepang, kesetian dan kesabaran hachiko menunggu tuannya begitu menyentuh hati. Seekor anjing saja bisa begitu setia pada sang majikan bahkan sampai detik-detik kematiannya

Jumat, 26 Desember 2014


puisi-ku



Sahabat

Sahabat ...
Kau bukanlah bintang
Yang selalu bersinar menerangi malam
Kau juga bukan seorang pahlawan
Yang selalu melindungi dunia
                                Kau kadang tak pernah terlihat
Tak tampak diantara yang lainnya
Namun kau membuatku sadar
Arti sebenarnya persahabatan
Kau tak perlu jadi bintang
Kau juga tak perlu jadi pahlawan
Untuk bisa jadi sahabatku
Kau hanya perlu jadi dirimu
Dirimu yang memancarkan sinar terang
                                Terang seperti bintang
                                Bintang yang bersinar dihatiku
                                Karena kaulah sahabatku

Karya : Sella Listiyanti
Sahabat dan Cinta

Saat pertama kali ku meliahatmu
Semua terasa biasa
Tiada perasaan apapun
Yang muncul dihatiku

                        Namun seiring waktu berlalu
                        Muncul perasaan yang tak biasa
                        Perasaan yang ingn membuatku berkata
                        Dia begitu istimewa

Dulu dia hanyalah sahabat biasa
Namun kini dia adalah orang yang istimewa
Begitu istimewa dihatiku
Yang mampu meluluhkan hatiku
Dia cinta pertamaku

Karya : Sella Listiyanti


puisi-ku



Mengenangmu

Saat kau hadir dalam hidupku semua terasa indah
Hanya bayangmu yang slalu menyentuh jiwa
Hanya kata-katamu yang ada dipikiranku
Kau sosok yang mampu meluluhkan hatiku
Namun semua telah berakhir
Kau pergi Jauh dari hidupku
Menjauh dari semua kenangan
Yang telah kau hadirkan untukku
Kini semuanya hanyalah kenangan
Yang tak mungkin dapat terulang
Semua mimpi yang telah hancur
Semua kata yang telah hilang
Yang kini hanya dalam kenangan


Karya : Sella Listiyanti


Impian-ku

Ku dapati mimpi indah dalam tidurku
Bertemu seorang pangeran tampan
Pangeran berkuda putih yang gagah
Yang membawa cinta tulus untukku

                                Senyumnya seakan membuatku terpana
                                Ketampananya begitu membuatku terpesona
                                Dia sosok pangeran yang begitu sempurna

Mimpi indahku...
Mimpi yang selalu datang dalam tidurku
Andai mimpiku jadi nyata
Bertemu sang pangeran impian
Sosok yang selalu ku imipi-impikan

                                Datang dan nyata dalam hidupku
                                Untuk selamanya...


Karya : Sella Listiyanti

Rabu, 10 Desember 2014

Cerpen



“Kisah perjalanan pemuda”

Di sebuah desa hiduplah seorang pemuda yang pandai mengaji. Ia pun mempunyai 2 orang adik perempuan, adik- adiknya tidak kalah pandai dengan kakaknya. Mereka di didik dengan penuh cinta dari orang tuanya.. Tetapi sayang ayahnya telah tiada semenjak pemuda ini berusia 13 tahun. Ibunya bekerja keras demi mencukupi segala kebutuhan keluarga wlaupun sang ibu sudah cukup tua umurnya pun sudah 40 tahun. Jika paginya sekitar jam 7 sampai 9 beliau pergi ke sawah untuk bertani, siangnya jam 12 sampai jam 14 siang sang ibu bekerja sebagai buruh pengupas bawang, karena di desa tempat mereka tinggal adalah penghasil bawang. Peghasilan sang ibu dari mengupas bawang tidaklah banyak hanya 20.000 per hari itu hanya bisa mencukupi kebutuhan makan mereka sehari-hari.  Ketika sore harinya sang ibu juga mengajar megaji di mushola dekat rumahnya dari pukul 16.00 hingga pukul 18.00 petang.  Sang adik yang pertama yang berumur 10 pun juga ikut membantu sang ibu sepulang sekolah dari jam 15.00 sampai jam 17.30 sore. Sang adik juga yang masih berumur 6 tahun juga ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah agar tidak merepotkan sang ibu.
Sementara sang kakak atau si pemuda telah bekerja sebagai buruh tani semenjak lulus sekolah menengah atas, penghasilanya pun sama seperti ibunya, tidak terlalu banyak namun cukup untuk membiayai adik-adiknya sekolah. Penghasilannya hanya 25.000 per hari. Suatu hari sang pemuda sedang duduk di tepi danau, ia sedang merenungi nasibnya. Tiba-tiba datanglah kakek tua dan berkata “ sedang apa kau disini nak ? “ tanyanya kepada si pemuda. “aku sedang berfikir wahai kakek, aku memikirkan nasib ibuku dan kedua adik-adikku, ibuku sudah tua dan mungkin tidak berapa lama lagi ia akan berhenti kerja, namun pekerjaanku hanyalah buruh tani bagimanakah aku bisa menghidupi ibu dan adik-adikku dengan penghasilanku yang kecil ini “ jawabnya. “nak maukah kau mendapat pekerjaan yang lebih baik” tanya sang kakek. “Tentu aku mau dimana?” tanyanya riang. “ di kota, besok ikutlah denganku bawalah perbekalan agar kau tidak kelaparan di tengah perjalanan” kata sang kakek. Sang pemuda pun langsung pulang kerumah dan menceritakan apa yang ia inginkan kepada ibunya. Sang ibu merasa bert hati melepas anakya namun apalah daya ini demi memperbaiki nasib keluarganya.
Keesokan harinya sang pemuda pun pergi dengan sang kakek. Sang pemuda diberi bekal oleh ibunya uang sebesar 39.000. sementara sang pemuda juga mempuyai sedikit tabungan untuk bekal perjalanannya sebesar 37.000. Sang pemuda dan sang kakek pun berjalan dan terus berjalan sampai akhirnya mereka sampai di sebuah desa kecil. Di desa tersebut mereka bertemu dengan seorang nenek tua, sang nenek bekerja berjualan buah-buahan di pasar. Sejenak sang pemuda teringat dengan ibunya yang juga hampir tua, ia pun menghampiri sang nenek dan memberikan uangnya sebesar 31.000 kepada sang nenek. Namun sang nenek menolak dan berkata “ kenapa engkau memberikan uang ini padaku? Karena engkau kasiahn padaku, jika memeng begitu aku tidak mau menerimanya”. Sang pemuda pun terdiam dia berfikir, betapa mulia hati sang nenek ia tak mau meminta-minta, ia hanya ingin bekerja keras. Lalu sang pemuda berkata “aku ingin membeli buah yang kau bawa wahai nenek”. Sang nenek pun langsung memberikan apel sebanyak 21 buah dan jeruk sebanyak 22 buah dan berkata “ambilah ini nak dan berikan sebagian untuk kakek itu sepertinya ia terlihat kelaparan”. Sang pemuda pun mengambil pemberian sang nenek dan mengucapkan terima kasih sambil bergegas pergi. Mereka pun melanjutkan perjalanan dan sampai di padang rumput yang luas, mereka pun beristirahat sambil memakan buah-buahan yang diberikan sang nenek.
Tak berapa lama munculah seakor domba kelaparan ia mengembik keras seakan minta tolong. Sang pemuda pun menghampiri si domba dan memberikan 1 buah apel kepada si domba. Si domba makan dengan lahap setalah makan ia mengembik lagi dan sekaan-akan memberi tahu sesuatu. Sang pemuda pun mengikuti domba tersebut dan betapa kagetnya dia ternyata ada segerombolan dombadan kambing yang kelaparan. Ternyata ada 29 ekor domba kelaparan ia pun memberikan 11 buah apel dan 8 buah jeruk pada domba-domba tersebut, dan 5 buah apel pada kambing yang juga kelaparan. Sang pemuda terdiam melihat hewan-hewan itu makan, ia berfikir hewan saja punya solidaritas yang tinggi kenapa manusia tidak. Tak lama kemudian munculah 38 ekor singa hendak menerkam domba dan kambing itu, lalu pemimpin dari domba-domba itu memberi aba-aba untuk siap bertahan dari serangan singa. Ke 34 ekor domba dan kambing itu membentuk pertahanan seperti perintah sang peminpin dan menanduki singa-singa yang menyerang. Akhirnya gerombolan singa itu mundur dan 26 ekor diantaranya mati terkena tandukan domba dan kambing. Sang pemuda dan sang kakek pun melanjutkan pejalanan dan sampailah mereka di kota, sang kakek megajak sang pemuda kerumahnya yang berada di jalan mawar 4 No.36 . Sesampainya dirumah sang kakek menyuguhkan 24 macam kue untuknya, dan 23 jenis makanan. Namun sang pemuda menolak karena ia datang ke kota bukan untuk makan tapi untuk bekerja, lagi pula ia kasihan pada ibunya, mungkin sekarang ibunya hanya makan sepiring nasi tanpa lauk sementara ia disuguhkan banyak makanan.






Sang kakek begitu terharu mendengar kata-kata sang pemuda dan berkata “ kau sungguh baik hati wahai pemuda, orang sepertimu lah yang ku cari untuk menjaga seluruh hartaku” jawabnya. “a..a..aku” kata sang pemuda gemetar. “ iya, kau. Aku akan memberikan seluruh peternakanku dan hewan-hewannya. Ada 35 ekor kambing, 32 ekor ayam, 33 ekor sapi, 28 ekor domba dan 27 ekor kuda yang gagah beserta 3 hektar sawah untukmu” jelas sang kakek.  Sang pemuda pun langsung bersujud syukur, ia tak menyangka segala yang ia lihat dipejalanan adalah ujian dan pelajaran baginya. Kini ia bisa memetik kebahagiaan untuk dirinya dan keluarganya.


Tamat

Karya : Marina Susanti & Sella Listiyanti